Minneapolis menjadi saksi dimulainya tur paling dinanti tahun 2025, Grand National Tour, yang menampilkan kolaborasi epik antara Kendrick Lamar dan SZA. Pada Sabtu, 19 April 2025 malam, di Stadion Bank AS, dua musisi yang saat ini merajai puncak Billboard Hot 100 selama delapan minggu berturut-turut dengan hit “Luther” dari album fenomenal GNX, menghipnotis ribuan penggemar dalam sebuah pertunjukan yang kaya dan penuh kejutan.
Alih-alih format konser solo tradisional, Lamar dan SZA memilih pendekatan yang unik dan cerdas. Mereka bergantian menguasai panggung setiap 5-7 lagu, menciptakan dinamika yang menarik dan menjaga rasa ingin tahu para penonton tetap membara. Antusiasme penggemar tampak terbagi rata, dengan sorakan riuh rendah dan lautan ponsel yang merekam setiap momen, seolah menjadi indikator persaingan halus dalam menentukan siapa artis yang paling dinantikan.
Strategi ini terbukti brilian. Secara gaya penampilan, palet warna, dan desain panggung, Lamar dan SZA menghadirkan dua dunia yang kontras namun saling melengkapi. Rap Lamar yang intens dan tanpa henti berbanding terbalik dengan vokal ekspresif dan santai SZA. Visual panggung Lamar didominasi nuansa abu-abu yang tenang dan penuh makna, sementara SZA menghadirkan kehangatan dan kehijauan yang memanjakan mata. Pementasan Lamar cenderung kaku dan minimalis, sementara SZA menawarkan visual yang imajinatif dan mengundang. Jika penampilan panggung Kendrick adalah mahakarya visi yang terfokus, SZA adalah ledakan energi kreatif yang memukau. Namun, alih-alih terasa janggal, kontras ini justru bersinergi dengan indah, menciptakan sebuah keseluruhan yang jauh lebih besar dari sekadar penjumlahan bagian-bagiannya – dan mengingat kualitas individual mereka yang sudah luar biasa, sinergi ini menjadi sebuah pencapaian yang patut diacungi jempol.
“Squabble Up” Jadi Pembuka yang Menghentak dengan Sentuhan Klasik
Saat lampu stadion meredup, sebuah Buick Grand National Experimental (Buick GNX) secara dramatis muncul dari bawah panggung. Lamar, nyaris tak terlihat di balik kaca mobil yang gelap, melantunkan lagu pembuka dari album GNX, “Wacced Out Murals,” sambil duduk dibalik kemudi. Sebagai homage cerdas pada lirik lagu, alunan musik Anita Baker mengalun melalui speaker stadion sebelum pertunjukan dimulai. Keluar dari mobil, Lamar langsung membakar semangat penonton dengan “Squabble Up” yang penuh energi – dan ketika ia berhenti tepat pada lirik ikonik “I feel good, get the f–k out my face,” lautan penonton pun sontak meledak dalam sorakan antusias.
“Euphoria” Sebuah Luapan Emosi yang Terkendali
Selama membawakan “Euphoria,” Lamar dengan penuh penjiwaan menyampaikan rentetan keluh kesahnya terhadap Drake sambil berlari mengelilingi catwalk melingkar yang menjulur hingga ke tengah area penonton. Ada gairah dan semangat yang membara dalam setiap lirik yang ia lantunkan dengan rap, namun secara bahasa tubuh, ia tidak pernah terlihat berusaha memprovokasi penonton menjadi luapan amarah yang tak terkendali. Menyampaikan kebencian tanpa terperangkap atau diracuni olehnya adalah sebuah seni yang sulit, dan penanganan Lamar terhadap “Euphoria” di atas panggung menunjukkan kesadarannya akan keseimbangan emosional tersebut.
“30 for 30” Harmoni Kontras yang Memukau
Jika Lamar membuka malam dengan kemunculan GNX di panggung yang minimalis, SZA memulai penampilannya dengan mobil GNX yang sama, namun kali ini dipenuhi dengan sulur-sulur tanaman merambat, dedaunan, dan hijaunya tumbuhan, dikelilingi oleh para penari yang kostumnya yang khas dan gerakan baletnya sangat kontras dengan para penari Lamar (yang cenderung mengenakan seragam dan bergerak dalam koreografi militeristik yang cepat dan ritmis). Dengan palet warna tanah dan visual hutan yang kontras dengan estetika Lamar yang tajam dan urban, SZA seolah langsung menerangi panggung – dan bahkan Kendrick – saat ia bergabung dengannya untuk membawakan “30 for 30” yang ceria dan penuh groove.
“Reincarnated” Sinematografi Panggung yang Intim
Saat track ikonik dari album good kid, m.A.A.d city mengalun, Lamar telah menjelma menjadi penguasa panggung yang karismatik dan dinamis – namun, visual panggungnya telah berevolusi jauh melampaui masa itu. “Reincarnated” menjadi salah satu momen visual yang paling menonjol. Lamar melakukan rap di bawah sorot lampu jalan yang suram, sementara para penarinya – tersusun diagonal di tangga – bergerak naik turun mengikuti alunan piano yang ritmis. Seluruh adegan disajikan dalam nuansa abu-abu pucat, seolah-olah penonton menyaksikan langsung sebuah film noir yang kabur. Meskipun stadion itu sangat luas, momen-momen seperti ini berhasil menciptakan rasa keintiman dan keterbukaan yang mendalam dalam pertunjukan. Ada pula sentuhan artistik yang cerdas di bagian akhir, di mana para penari ditampilkan berwarna di layar, namun close-up Lamar dalam gambar muncul dalam hitam putih yang dramatis.
“Luther”/”Gloria” Penutup yang Hangat dan Penuh Keanggunan
Setelah malam yang intens dengan penampilan tanpa henti, encore tunggal yang menggabungkan “Luther” dan “Gloria” terasa seperti putaran kemenangan yang hangat dan anggun bagi kedua artis, terutama ketika mereka berdua berhenti sejenak untuk menyerap energi dari lautan penggemar. “Ini mungkin salah satu lagu favoritku,” ujar Lamar sebelum melantunkan “Gloria,” yang disambut SZA dengan pengakuan emosional, “Lagu ini membuatku ingin menangis sedikit.” Sebagai penutup yang sempurna, Lamar dan SZA kembali masuk ke dalam GNX setelah lagu terakhir (Lamar dengan sopan menahan pintu untuk SZA), dan mobil itu perlahan turun kembali ke bawah panggung saat lampu stadion padam, meninggalkan kesan mendalam bagi ribuan penggemar yang baru saja menyaksikan kolaborasi epik dua kekuatan besar dalam industri musik saat ini.
5 Penampilan Duet Maut Kendrick Lamar & SZA di Grand National Tour
Latest posts by widya . (see all)







