Dakota Johnson Sutradarai Film Pertamanya ‘A Tree Is Blue’, Dibintangi Charli XCX & Jessica Alba

30
Sumber: The Daily Star

Dakota Johnson akan melakukan debut fitur sebagai sutradara lewat A Tree Is Blue sebuah proyek film independen yang naskahnya ditulis oleh Vanessa Burghardt, sosok yang dikenal karena pendekatan sensitif dan autentik terhadap tema identitas serta hubungan antarpribadi. Film ini kabarnya akan menampilkan kolaborasi menarik antara dua bintang lintas bidang: musisi pop alternatif Charli XCX dan aktris sekaligus pengusaha Jessica Alba.

Kabar ini langsung menarik perhatian publik dan media hiburan karena memadukan tiga figur perempuan dengan latar belakang berbeda aktris, musisi, dan penulis dalam satu proyek yang diprediksi sarat makna emosional. Industri film melihat langkah ini sebagai sinyal kuat bahwa Johnson mulai memperluas perannya dari sekadar tampil di depan kamera menjadi sosok kreatif yang sepenuhnya mengendalikan arah artistik proyeknya. Reaksi awal dari komunitas perfilman pun cenderung positif: banyak yang menilai A Tree Is Blue berpotensi menjadi karya debut yang intim, berkarakter, dan mencerminkan visi baru Dakota sebagai sutradara generasi modern yang berani mengeksplorasi tema personal dengan perspektif segar.

Dakota Johnson, yang selama ini lebih dikenal sebagai aktris dan produser, kini bersiap mengambil langkah berani dengan menjajal peran baru sebagai sutradara film panjang. Proyek debutnya berjudul A Tree Is Blue menjadi salah satu kabar paling menarik di dunia perfilman independen tahun ini. Film tersebut dikabarkan akan menghadirkan kombinasi tak terduga antara tiga sosok perempuan berbakat dari lintas bidang: musisi pop visioner Charli XCX, aktris sekaligus pengusaha sukses Jessica Alba, serta penulis naskah Vanessa Burghardt, yang dikenal karena gaya penulisan yang peka dan penuh empati.

Sumber: Cinema Express

Langkah Johnson ini dianggap sebagai evolusi alami dari kariernya yang terus berkembang. Setelah membangun reputasi melalui peran-peran berani di Fifty Shades of Grey, The Lost Daughter, dan Cha Cha Real Smooth, kini ia tampak ingin memperluas ekspresinya dengan mengambil kendali penuh terhadap visi artistik sebuah film. Keputusan untuk menyutradarai A Tree Is Blue menunjukkan keinginannya untuk tidak hanya menjadi wajah di layar, tetapi juga otak di balik penciptaan karya.

Kolaborasi lintas disiplin antara dunia musik, film, dan penulisan kreatif menjadikan proyek ini semakin menarik. Kehadiran Charli XCX, misalnya, membuka peluang bagi sentuhan musikal yang eksperimental dan modern, sementara Jessica Alba membawa pengalaman akting serta daya tarik komersial yang dapat menjembatani film ini ke audiens yang lebih luas. Dalam konteks industri, A Tree Is Blue menjadi simbol perubahan: generasi baru pembuat film perempuan kini tampil dengan keberanian dan kebebasan untuk bercerita sesuai dengan perspektif mereka sendiri.

Dengan latar belakang yang kaya dan tim kreatif yang penuh potensi, A Tree Is Blue bukan sekadar debut sutradara bagi Dakota Johnson melainkan juga pernyataan artistik tentang bagaimana seorang perempuan di Hollywood dapat mengendalikan narasi, menentukan arah kariernya, dan menginspirasi gelombang baru sineas yang menolak untuk dibatasi oleh label “aktris semata”.

Informasi yang tersedia saat ini berdasarkan pemberitaan dari berbagai media hiburan internasional mengungkapkan bahwa A Tree Is Blue akan berfokus pada kisah seorang perempuan muda yang berada di spektrum autisme. Ia berjuang untuk melepaskan diri dari perlindungan berlebih sang ibu dan menapaki perjalanan menemukan kebebasan, pertemanan, serta sedikit kekacauan di musim panas setelah kelulusannya dari sekolah menengah. Premis ini menggambarkan transisi menuju kedewasaan yang penuh lapisan emosi: antara keinginan untuk mandiri dan kebutuhan akan rasa aman, antara cinta keluarga dan pencarian jati diri.

Tema coming-of-age semacam ini tidak hanya relevan secara universal, tetapi juga menawarkan ruang eksplorasi yang kaya bagi Dakota Johnson sebagai sutradara. Ia tampak tertarik untuk menggali dinamika psikologis dan emosional antar karakter, bukan sekadar menghadirkan alur besar yang penuh aksi atau efek visual. Pendekatan ini menunjukkan niat Johnson untuk menghadirkan film yang intim dan karakter-driven sebuah karya yang menekankan perjalanan batin serta pengalaman manusia dalam bentuk paling jujur dan realistisnya.

Selain itu, keberanian mengangkat tokoh utama yang berada di spektrum autisme menandakan upaya untuk memperluas representasi dalam sinema arus utama. Cerita seperti ini menuntut sensitivitas tinggi agar dapat menggambarkan pengalaman autistik secara akurat dan penuh empati, bukan sekadar sebagai elemen naratif. Dengan penulis naskah Vanessa Burghardt yang dikenal memiliki pengalaman langsung dengan tema tersebut, A Tree Is Blue berpotensi menyajikan perspektif yang autentik dan memberdayakan.

Bila digarap dengan kepekaan emosional yang tepat, film ini bisa menjadi refleksi mendalam tentang hubungan ibu dan anak, batasan antara kasih dan kontrol, serta perjuangan menemukan ruang diri di dunia yang kerap salah paham terhadap perbedaan. Dakota Johnson tampaknya berusaha menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati penonton, tetapi juga mendorong percakapan penting tentang inklusivitas dan kebebasan individu dalam perjalanan menuju kedewasaan.

Naskah A Tree Is Blue ditulis oleh Vanessa Burghardt, sosok yang sebelumnya tampil bersama Dakota Johnson dalam film Cha Cha Real Smooth (2022) karya Cooper Raiff sebuah film indie yang juga menyoroti relasi emosional dan dinamika sosial dengan pendekatan lembut dan manusiawi. Dalam proyek terbarunya ini, Burghardt tidak hanya berperan sebagai penulis, tetapi juga menjadi suara penting dalam memastikan bahwa kisah yang diangkat memiliki kedalaman dan kejujuran emosional yang nyata.

Yang membuat keterlibatan Burghardt begitu signifikan adalah latar belakang pribadinya. Ia merupakan individu yang berada di spektrum autisme, dan sejumlah laporan menyebutkan bahwa A Tree Is Blue terinspirasi sebagian dari pengalaman hidup dan sudut pandangnya sendiri. Dengan kata lain, film ini tidak hanya menceritakan tentang seseorang di spektrum autism tetapi juga oleh seseorang yang memahami secara langsung bagaimana rasanya hidup dalam kondisi tersebut. Hal ini memberikan keaslian (authenticity) yang jarang ditemui dalam proyek-proyek serupa, di mana representasi sering kali ditulis oleh pihak luar yang tidak memiliki pengalaman personal dengan topik tersebut.

Pendekatan semacam ini memiliki arti besar dalam konteks industri film modern yang semakin sadar terhadap pentingnya representasi yang otentik dan inklusif. Ketika cerita mengenai autisme ditulis oleh seseorang yang benar-benar memahami nuansa emosional, tantangan sosial, serta dinamika keluarga yang mungkin muncul, hasil akhirnya cenderung lebih jujur dan bebas dari stereotip. Ini berarti penonton bukan hanya akan menyaksikan “karakter dengan autism”, melainkan seseorang dengan kepribadian utuh memiliki mimpi, rasa takut, humor, dan kekuatan yang kompleks seperti manusia lainnya.

Kolaborasi antara Dakota Johnson dan Vanessa Burghardt juga menggambarkan sinergi kreatif yang menarik. Johnson, sebagai sutradara debutan, tampak memilih untuk bekerja dengan penulis yang memiliki pandangan personal terhadap dunia yang ingin diangkatnya. Keduanya sebelumnya sudah memiliki chemistry profesional di Cha Cha Real Smooth, yang dikenal karena pendekatannya yang hangat terhadap tema perbedaan dan koneksi antar manusia. Kini, dalam A Tree Is Blue, hubungan kerja tersebut tampaknya berkembang lebih jauh menggabungkan visi penyutradaraan yang peka dari Johnson dengan naskah yang berakar pada pengalaman nyata Burghardt.

Dengan kombinasi ini, A Tree Is Blue berpotensi menjadi film yang tidak hanya menyentuh secara emosional, tetapi juga berdampak sosial. Ia bisa membuka ruang dialog tentang cara kita memahami autisme, terutama dari sudut pandang perempuan muda yang mencari identitas di tengah dunia yang kerap salah menilai perbedaan. Proyek ini sekaligus memperkuat posisi Burghardt sebagai talenta baru yang tidak hanya berbakat di depan kamera, tetapi juga memiliki suara penting di balik layar sebuah langkah maju bagi representasi yang lebih beragam dan manusiawi dalam perfilman kontemporer.

Beberapa outlet hiburan besar, termasuk The Hollywood Reporter dan Rolling Stone, melaporkan bahwa Charli XCX dan Jessica Alba sedang berada dalam tahap pembicaraan untuk bergabung dalam proyek film A Tree Is Blue. Kabar ini langsung menarik perhatian publik, bukan hanya karena dua nama tersebut berasal dari latar belakang yang sangat berbeda, tetapi juga karena kehadiran mereka berpotensi menciptakan dinamika unik dalam film debut penyutradaraan Dakota Johnson.

Charli XCX, yang dikenal sebagai salah satu ikon musik pop alternatif paling inovatif dekade ini, telah lama menunjukkan minat pada proyek lintas disiplin yang memadukan musik, visual, dan narasi. Dalam beberapa tahun terakhir, ia mulai bereksperimen dengan dunia film dan seni konseptual termasuk berpartisipasi dalam pembuatan soundtrack serta tampil dalam dokumenter yang menyoroti proses kreatifnya sebagai musisi. Jika ia benar-benar bergabung dalam A Tree Is Blue, hal ini akan menjadi langkah menarik dalam perjalanan kariernya: dari panggung konser dan studio musik menuju dunia sinema, di mana ekspresinya dapat diterjemahkan melalui medium berbeda. Kehadiran Charli juga bisa menambah tekstur artistik pada film, mengingat gaya visual dan musikalnya yang sering kali penuh warna, eksperimental, dan emosional.

Sumber: gettyimages

Sementara itu, Jessica Alba membawa reputasi yang sudah mapan di dunia akting Hollywood. Dikenal lewat peran-perannya dalam film populer seperti Fantastic Four (2005) dan Sin City (2005), Alba kini juga dikenal sebagai sosok yang sukses bertransformasi menjadi pengusaha dan produser. Partisipasinya dalam proyek seperti A Tree Is Blue akan menandai kembalinya ia ke ranah film independen dengan pendekatan yang lebih intim dan bernuansa emosional sesuatu yang berbeda dari proyek-proyek blockbuster yang dulu melejitkan namanya. Kehadiran Alba bisa menambah keseimbangan antara daya tarik komersial dan kedalaman karakter, terutama jika ia memerankan sosok ibu yang protektif atau figur kunci dalam perjalanan sang protagonis.

Sumber: gettyimages

Namun demikian, semua informasi ini masih bersifat awal. Status “in talks” berarti para aktor tersebut masih dalam tahap negosiasi, dan belum ada konfirmasi resmi dari pihak produksi. Dalam industri film, hal semacam ini merupakan proses normal sering kali nama besar disebutkan lebih dahulu untuk membangun ekspektasi atau memperlihatkan arah tone proyek, sementara keputusan final baru akan diumumkan menjelang tahap produksi resmi. Karena itu, publik masih menunggu pernyataan resmi dari Dakota Johnson atau rumah produksi TeaTime Pictures mengenai siapa saja yang akan benar-benar terlibat.

Jika negosiasi berjalan lancar, maka kombinasi Dakota Johnson di kursi sutradara, Vanessa Burghardt sebagai penulis naskah, serta Charli XCX dan Jessica Alba di daftar pemeran, bisa menjadi kolaborasi lintas disiplin yang jarang terjadi di Hollywood modern. Film ini akan memadukan energi kreatif dari dunia musik, akting, dan pengalaman personal, menjadikannya proyek yang potensial bukan hanya secara artistik, tetapi juga secara budaya terutama dalam menunjukkan bagaimana perempuan dari berbagai latar belakang dapat bersatu dalam satu karya sinematik yang mengedepankan empati, keberanian, dan identitas.

Johnson bukan nama asing di balik layar: dia sudah terlibat sebagai produser pada beberapa proyek dan pernah menyutradarai video musik serta film pendek. Tetapi A Tree Is Blue akan menjadi debutnya sebagai sutradara fitur panjang tonggak penting bagi karier yang selama beberapa tahun belakangan menunjukkan pergeseran dari aktris komersial ke pembuat film yang menekankan suara personal dan independen. Keputusan mengarahkan film berskala indie dengan naskah yang sensitif terhadap pengalaman nyata menunjukkan ambisi kreatif dan keinginan Johnson untuk mengontrol bentuk narasi yang ia bawa.

Proyek ini dilaporkan dikembangkan melalui TeaTime Pictures, perusahaan produksi yang turut didirikan oleh Johnson. TeaTime dikenal mendukung film-film independen yang fokus pada karakter dan cerita orisinal. Saluran produksi yang lebih kecil dan personal semacam ini kerap memberi fleksibilitas kreatif pada sutradara pemula sebuah lingkungan yang ideal untuk karya pertama Johnson yang cenderung intimate dan berbasis karakter.

Charli XCX, sebagai musisi yang kini semakin merambah dunia film, memberi warna tersendiri bagi proyek A Tree Is Blue. Keterlibatannya menandakan bahwa film ini kemungkinan akan menghadirkan unsur sensorial dan estetika kontemporer yang dekat dengan kultur musik muda. Dengan rekam jejak Charli yang kuat di ranah proyek-proyek avant-garde dan indie, kehadirannya dinilai sejalan dengan nada artistik film yang cenderung eksperimental dan emosional. Sementara itu, Jessica Alba nama yang jauh lebih mapan di kancah Hollywood diprediksi akan memberikan daya tarik komersial sekaligus keseimbangan tonal bagi film tersebut.

Pengalamannya dalam membawakan karakter-karakter penuh empati menjadikannya kandidat ideal untuk memerankan figur orang tua atau tokoh dengan ikatan emosional yang kuat terhadap sang protagonis. Jika keduanya benar-benar bergabung, kombinasi Charli XCX dan Jessica Alba akan menghadirkan perpaduan menarik antara bintang pop-culture dan aktris layar lebar tradisional, sebuah strategi khas film independen modern yang bertujuan untuk menarik audiens lintas generasi dan memperluas jangkauan penonton tanpa kehilangan kedalaman artistiknya.

Kabar bahwa Dakota Johnson akan menyutradarai fitur pertamanya dengan judul A Tree Is Blue, serta keterlibatan nama-nama seperti Charli XCX dan Jessica Alba, menandai momen penting bagi karier Johnson dan memberi sinyal pada tren industri: aktris generasi baru semakin bergerak ke posisi pembuat karya, membawa perspektif segar dan kolaborasi lintas disiplin. Jika realisasinya baik, proyek ini bisa menjadi contoh bagaimana cerita sensitif dan personal dapat dikelola oleh tim yang secara langsung terhubung dengan tema tersebut. Namun, publik dan kritik akan menunggu detail lebih lanjut konfirmasi casting, tanggal produksi, dan tentu saja hasil karya akhirnya.