Ariana Grande Ungkap Alasan Ia Tetap Bermusik Setelah Hampir Berhenti

26
Sumber: gettyimages

Dalam sebuah wawancara mendalam di podcast Shut Up Evan bersama jurnalis hiburan Evan Ross Katz, Ariana Grande membuka sisi lain dari dirinya yang jarang ia tunjukkan di depan publik. Di balik pencapaian besar, penghargaan musik, dan citra sebagai salah satu pop star paling berpengaruh di dunia, Ariana ternyata sempat berada di titik di mana ia nyaris menyerah dan ingin berhenti bermusik sepenuhnya. Ia mengaku bahwa selama beberapa waktu, gairahnya untuk menulis, merekam, dan tampil seakan memudar bukan karena kehilangan bakat, melainkan karena kelelahan emosional dan mental akibat tekanan panjang industri hiburan.

Namun, semua itu berubah ketika ia mendapat kesempatan untuk memerankan Glinda, sang penyihir baik hati dalam film adaptasi musikal legendaris Wicked. Proses mendalami karakter tersebut ternyata menjadi titik balik penting dalam hidup dan kariernya. Bagi Ariana, Glinda bukan sekadar peran; karakter itu menjadi cermin perjalanan pribadi tentang harapan, kepercayaan diri, dan keberanian untuk kembali mencintai hal yang dulu membuatnya hidup musik. Dari proses syuting yang intens hingga pelajaran yang ia ambil dari karakter tersebut, Ariana merasakan sesuatu yang “terbangun kembali” di dalam dirinya, sesuatu yang selama ini tertidur karena tekanan dan keraguan.

Ia menyebut bahwa pengalaman di Wicked “sepenuhnya mengubah hubunganku dengan proses mencipta”, dan bahwa melalui karakter Glinda, ia belajar untuk melihat kembali siapa dirinya sebagai seniman. Sejak saat itu, keinginannya untuk berkarya muncul bukan karena tuntutan industri, melainkan karena dorongan tulus dari hati sebuah momen penyembuhan yang akhirnya membawanya kembali ke studio dan melahirkan album Eternal Sunshine.

Sumber: People.com

Selama bertahun-tahun berada di puncak industri, Ariana Grande hidup dalam tekanan yang tidak terlihat dari luar. Popularitasnya melonjak sejak usia sangat muda, dan bersama dengan ketenaran itu datang beban ekspektasi yang luar biasa. Setiap album harus sukses, setiap penampilan harus sempurna, dan setiap langkah kecil di kehidupan pribadinya pun menjadi konsumsi publik. Dalam wawancara tersebut, Ariana mengaku bahwa ia mulai merasa kehilangan jati diri sebagai musisi. Musik yang dulu menjadi tempatnya menyalurkan emosi dan menemukan kebahagiaan perlahan berubah menjadi tugas yang penuh tekanan.

Ia menjelaskan bahwa setelah menyelesaikan tur besar dan proyek-proyek sebelumnya, ada masa di mana ia benar-benar mempertanyakan: apakah aku masih melakukannya karena cinta, atau hanya karena dunia mengharapkanku untuk terus melakukannya? Pertanyaan itu menggantung lama, hingga membuatnya mempertimbangkan untuk berhenti sejenak, bahkan mungkin tidak pernah kembali ke studio lagi. “Aku merasa mungkin sudah cukup. Mungkin ini waktunya berhenti”, ujarnya dalam nada reflektif.

Keputusan itu bukan datang dari kebencian terhadap musik, melainkan dari keinginan untuk menemukan kembali arti dari mencipta. Ariana menggambarkan masa itu sebagai periode sunyi, di mana ia mencoba hidup tanpa tekanan kreatif sebuah ruang kosong yang memberinya waktu untuk bernapas. Namun, di sisi lain, kekosongan itu juga menimbulkan perasaan kehilangan; seolah ada bagian dari dirinya yang hilang ketika ia tidak bernyanyi atau menulis lagu. Dan justru dari perasaan kehilangan itulah, benih kecil semangat untuk kembali mulai tumbuh.

Titik balik itu datang secara tidak terduga ketika Ariana menerima tawaran untuk memerankan Glinda dalam film adaptasi musikal legendaris Wicked. Awalnya, ia mengira proyek tersebut hanyalah tantangan baru di dunia acting sebuah kesempatan untuk memperluas karier di luar musik. Namun seiring berjalannya waktu, pengalaman itu justru menjadi perjalanan batin yang sangat personal. Melalui karakter Glinda, Ariana belajar untuk membuka kembali ruang di dalam dirinya yang lama tertutup: ruang untuk percaya pada diri sendiri, untuk menemukan makna dalam proses, dan untuk merasakan keajaiban dalam mencipta.

Sumber: gettyimages

Dalam wawancaranya bersama Evan Ross Katz, Ariana bercerita bahwa Glinda bukan sekadar peran yang harus dimainkan dengan sempurna, tetapi sosok yang “menyembuhkan” dirinya. Ia berkata, “Aku belajar banyak dari Glinda tentang keyakinan, kebaikan, dan kekuatan untuk tetap lembut di dunia yang keras”. Setiap hari di lokasi syuting menjadi terapi tersendiri, karena karakter yang ia mainkan menuntunnya untuk melihat ke dalam dan berdamai dengan kelelahan yang dulu sempat membuatnya ingin berhenti.

Lebih jauh, Ariana mengaku bahwa proses syuting Wicked benar-benar mengubah hubungannya dengan seni dan penciptaan. Ia menemukan kembali kesenangan dalam bernyanyi dan bermain peran, bukan sebagai kewajiban, tetapi sebagai bentuk ekspresi tulus yang lahir dari cinta terhadap seni itu sendiri. “Aku tidak berencana membuat album lagi ketika pergi ke London untuk syuting”, ujarnya, “tapi sesuatu dalam diriku berubah. Aku kembali merasa hidup”. Dari pengalaman itu, muncul perasaan hangat sebuah spark kecil yang kemudian tumbuh menjadi nyala besar: keinginan untuk kembali ke dunia musik, kali ini dengan hati yang jauh lebih jujur dan tenang.

Setelah menyelesaikan proses syuting Wicked, Ariana mulai merasakan dorongan yang sulit dijelaskan sebuah desakan batin untuk kembali menulis lagu. Bukan karena tuntutan label, bukan pula karena jadwal promosi, melainkan karena ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan. Ia menggambarkan momen itu sebagai “sebuah getaran halus yang menandakan bahwa aku harus menulis lagi”. Dari titik itulah lahir Eternal Sunshine, album yang menjadi simbol kelahiran kembali dirinya sebagai seniman. Dalam wawancara bersama ELLE dan People, Ariana menyebut bahwa proyek ini lahir dari “rasa terinspirasi yang begitu kuat hingga tidak mungkin diabaikan”.

Berbeda dari karya-karya sebelumnya, Eternal Sunshine bukan tentang membuktikan sesuatu kepada dunia, melainkan tentang menghadirkan dirinya secara apa adanya. Setiap lagu terasa seperti catatan pribadi yang merekam fase penyembuhan, penerimaan, dan cinta yang tumbuh dari luka. Nuansa produksi yang lembut, penggunaan melodi bernuansa retro, dan kejujuran liriknya menciptakan pengalaman mendengarkan yang intim. Album ini menjadi ruang bagi Ariana untuk berbicara bukan sebagai superstar, tetapi sebagai manusia yang sedang belajar mencintai lagi: hidupnya, kariernya, dan dirinya sendiri.

Ia bahkan mengaku bahwa proses pembuatan album tersebut membuatnya merasa “utuh” kembali. Dalam pernyataannya kepada People, Ariana berkata, “Aku tidak bisa tidak menulisnya. Rasanya seperti sesuatu yang harus keluar. Aku tahu aku harus membuat album ini”. Eternal Sunshine bukan hanya karya musik, melainkan refleksi dari perjalanan spiritual yang menuntunnya kembali ke pusat dirinya tempat di mana seni, kejujuran, dan rasa syukur saling bertemu.

Sumber: gettyimages

Kisah Ariana Grande tidak hanya relevan bagi para musisi, tetapi juga bagi siapa pun yang pernah merasa lelah mengejar impian mereka. Dalam perjalanan hidup, kita semua pernah berada di titik di mana sesuatu yang dulu kita cintai terasa menekan dan melelahkan. Bagi Ariana, musik yang dulu menjadi sumber kebahagiaan justru sempat berubah menjadi beban. Namun, kisah kembalinya ia ke dunia musik mengajarkan satu hal penting: kadang, untuk mencintai sesuatu kembali, kita perlu berani menjauh darinya sejenak.

Pengalaman Ariana menunjukkan bahwa jeda bukanlah bentuk kegagalan, melainkan ruang untuk bernapas dan menemukan perspektif baru. Ia memilih untuk berhenti, bukan untuk menyerah, tetapi untuk memberi dirinya waktu memahami apa arti musik baginya. Dan ketika ia kembali, ia datang bukan karena tekanan, melainkan karena panggilan hati. Inilah pelajaran yang bisa kita ambil: inspirasi sejati tidak bisa dipaksa ia datang ketika kita siap untuk mendengarkan diri sendiri.

Melalui karakter Glinda di Wicked, Ariana belajar tentang kebaikan, harapan, dan keberanian untuk tetap lembut di tengah dunia yang keras. Dari karakter itulah ia menemukan refleksi dirinya seorang perempuan yang pernah kehilangan arah, namun akhirnya kembali dengan versi yang lebih utuh dan penuh cahaya. Kini, dengan Eternal Sunshine, Ariana Grande bukan hanya menegaskan posisinya sebagai salah satu ikon pop terbesar di dunia, tetapi juga sebagai seniman yang berani tumbuh dan berubah. Album itu menjadi bukti bahwa bahkan dari masa gelap, seseorang bisa menemukan sinar yang baru dan terkadang, sinar itu justru datang dari tempat yang paling tak terduga.

Perjalanan Ariana Grande membuktikan bahwa di balik gemerlap dunia hiburan, ada sisi manusiawi yang rapuh namun juga tangguh. Ia pernah hampir meninggalkan dunia yang membesarkan namanya, namun justru menemukan kembali makna terdalam dari bermusik melalui pengalaman yang sama sekali tak terduga. Peran Glinda dalam Wicked bukan sekadar proyek film, melainkan proses penyembuhan yang menuntunnya kembali kepada dirinya sendiri kepada suara, hati, dan cinta terhadap seni yang dulu sempat pudar. Dari titik itu, lahirlah Eternal Sunshine, sebuah karya yang menjadi simbol kebangkitan dan kejujuran artistik.

Kini, Ariana tidak lagi bermusik demi membuktikan sesuatu kepada dunia, melainkan karena ia menemukan kembali alasan mengapa ia jatuh cinta pada musik sejak awal. Kisahnya menjadi pengingat bagi siapa pun yang sedang berada di ambang menyerah: bahwa kehilangan semangat bukan akhir dari perjalanan, tetapi mungkin justru awal dari bab yang lebih jujur. Seperti yang ia buktikan sendiri, terkadang yang kita butuhkan hanyalah jeda, agar ketika kita kembali, kita bisa melangkah dengan hati yang baru.

Dan itulah yang membuat cerita ini begitu bermakna: Ariana Grande akhirnya mengungkap alasan ia tetap bermusik setelah hampir berhenti, karena di balik semua tekanan, ketenaran, dan kelelahan, ia kembali menemukan apa yang paling penting bagi seorang seniman sejati: cinta yang tulus terhadap musik itu sendiri.