Ariana Grande Alami Momen Menegangkan Saat Fans Menariknya di Premiere ‘Wicked: For Good’ Singapura

18
Sumber: cnaLIFESTYLE

Saat berjalan menyusuri yellow carpet pada premiere Asia-Pacific Wicked: For Good di Resorts World Sentosa, Singapura, pada 13 November 2025, Ariana Grande menghadapi situasi yang jauh dari perkiraan. Di tengah suasana meriah dan sorotan kamera, seorang penggemar tiba-tiba menerobos barikade keamanan dan berlari ke arahnya. Aksi mendadak itu membuat Ariana terkejut, apalagi sang penggemar sempat menjangkau dan merangkulnya sebelum pihak keamanan berhasil menariknya menjauh.

Rekaman peristiwa tersebut dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial dan diberitakan oleh media internasional. Dalam video yang viral, terlihat bagaimana para bintang lain yang berada di karpet termasuk Cynthia Erivo dan Michelle Yeoh segera bereaksi. Keduanya tampak sigap memantau situasi dan memastikan Ariana dijaga dengan aman, menandai momen solidaritas sekaligus kewaspadaan di tengah acara yang seharusnya berlangsung glamor.

Sumber: cnaLIFESTYLE

Ariana Grande pada mulanya menjalani agenda biasa di yellow carpet, menyapa para penggemar, memenuhi permintaan foto, serta menjawab pertanyaan dari awak media. Atmosfer acara saat itu masih terasa hangat dan tertata dengan baik sementara ia melangkah perlahan menyusuri karpet untuk menjalani sesi foto resmi. Namun, situasi berubah seketika ketika seorang pria yang kemudian diidentifikasi di media sosial sebagai Johnson Wen, atau lebih dikenal dengan julukan “Pyjama Man”, tiba-tiba melompati pembatas keamanan. Ia menerobos kerumunan dengan gerakan cepat dan langsung mengarah ke Ariana. Tindakan tersebut mengejutkan banyak orang di lokasi karena dilakukan secara agresif dan tanpa peringatan.

Dalam beberapa detik berikutnya, pelaku berhasil mendekati Ariana dan sempat menyentuh serta merangkulnya. Pada rekaman yang tersebar, wajah Ariana tampak terkejut dan cemas, memperlihatkan respons spontan terhadap kontak fisik yang tidak terduga tersebut. Tim keamanan yang bertugas pun terlihat sedikit tertinggal langkah karena aksi pelaku terjadi begitu cepat.

Di tengah kekacauan singkat itu, Cynthia Erivo yang berdiri di dekat Ariana bereaksi paling cepat. Ia langsung bergerak maju, menahan tubuh pelaku, dan menciptakan jarak antara Ariana dan sosok yang mengancam tersebut. Tindakannya membantu memberi waktu bagi petugas keamanan untuk mengambil alih dan menjatuhkan pelaku sebelum situasi berkembang lebih jauh.

Michelle Yeoh, yang juga berada di area karpet, turut mengambil peran. Ia membantu memandu Ariana menjauh dari kerumunan dan mengarahkannya ke posisi yang lebih aman sambil memastikan sang penyanyi tetap tenang. Koordinasi spontan antara para pemeran dan petugas keamanan akhirnya membuat insiden itu dapat diakhiri dalam hitungan detik, meski meninggalkan suasana tegang bagi para saksi yang melihat langsung.

Beberapa laporan menyebutkan bahwa pria yang menerobos pembatas tersebut diidentifikasi sebagai Johnson Wen, sosok yang sudah cukup dikenal di jagat maya dengan julukan “Pyjama Man”. Nama itu bukan hal baru bagi penggemar budaya pop di Asia, karena Wen sebelumnya sudah beberapa kali menjadi sorotan akibat aksi-aksi nekatnya yang kerap dilakukan di area publik maupun acara selebritas. Riwayat perilakunya menunjukkan pola yang mirip, muncul tiba-tiba, melakukan aksi teatrikal atau mengganggu, lalu memanfaatkan atensi publik yang tercipta setelah insiden tersebut viral.

Sumber: TheStar

Media internasional menyoroti bahwa ini bukan kali pertama Wen melakukan tindakan yang mengundang kekhawatiran. Beberapa laporan menyinggung insiden sebelumnya di mana ia mencoba mendekati figur publik lain dalam situasi yang tidak tepat, sehingga memunculkan pertanyaan tentang seberapa ketat pengawasan terhadap orang-orang yang memiliki rekam jejak serupa. Setelah kejadian di premiere Wicked: For Good, akun media sosial yang diduga miliknya sempat mengunggah video singkat. Dalam video tersebut, ia terlihat berbicara seolah membenarkan aksinya atau sekadar menonjolkan keberadaannya, sesuatu yang membuat publik semakin yakin bahwa motivasinya berkaitan dengan pencarian perhatian.

Meski begitu, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang, pihak penyelenggara acara, atau tim keamanan mengenai motif sebenarnya. Tanpa klarifikasi langsung, ruang spekulasi terbuka lebar. Banyak pengamat keamanan acara dan analis media menilai bahwa insiden ini kemungkinan besar merupakan bentuk attention-seeking stunt. Di era digital, di mana apa pun bisa viral dalam hitungan detik, tidak sedikit individu yang nekat melakukan tindakan ekstrim demi mendapatkan sorotan kamera, meskipun berisiko merugikan orang lain atau membahayakan diri sendiri.

Para pakar juga mengingatkan bahwa fenomena seperti ini bukan sekadar perilaku iseng, melainkan bentuk gangguan yang dapat mengancam keselamatan publik maupun selebritas. Dengan meningkatnya budaya konten instan dan tekanan untuk “menjadi viral”, tindakan yang impulsif dan berbahaya seperti ini diperkirakan akan terus terjadi jika tidak diimbangi dengan pengamanan yang lebih ketat dan penegakan aturan yang tegas.

Rekaman video yang beredar memperlihatkan bagaimana Cynthia Erivo menjadi salah satu orang pertama yang menyadari adanya ancaman. Tanpa ragu, ia segera melangkah maju dan memposisikan tubuhnya di antara Ariana Grande dan pria yang menerobos pembatas tersebut. Dalam hitungan detik, Erivo tampak menghalangi gerak pelaku, mengangkat tangan seolah memberi peringatan keras, sebelum akhirnya membantu mendorongnya menjauh hingga tim keamanan tiba dan mengambil alih situasi sepenuhnya.

Tindakan refleks itu menuai banyak pujian dari publik. Para penonton di lokasi maupun warganet yang menyaksikan rekamannya menyebut Erivo sebagai sosok yang berani dan penuh empati bahkan ada yang menjulukinya sebagai “teman yang selalu siap melindungi”, terutama dalam situasi kacau yang tidak terduga. Reaksi cepatnya dianggap bukan hanya menunjukkan profesionalisme, tetapi juga kepedulian tulus terhadap keselamatan rekan sesama pemeran.

Menariknya, sejumlah laporan media menggarisbawahi bahwa respons Erivo terlihat lebih cepat dibandingkan beberapa anggota keamanan di tempat kejadian. Hal ini memicu diskusi di platform online dan forum pecinta film mengenai efektivitas protokol keselamatan pada acara besar. Banyak yang mempertanyakan apakah penempatan personel keamanan sudah memadai, atau apakah prosedur pengamanan perlu diperbarui agar mampu merespons ancaman secara lebih sigap.

Peran Erivo dalam insiden tersebut pun akhirnya menjadi simbol penting, selain menunjukkan solidaritas antar-pemeran, ia juga menyoroti kebutuhan akan peningkatan sistem keamanan untuk melindungi selebritas maupun tamu undangan dari kejadian yang berpotensi berbahaya.

Ariana Grande pernah mengalami traumatis besar setelah serangan bom di konsernya di Manchester pada Mei 2017, peristiwa yang meninggalkan dampak psikologis jangka panjang termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD) yang pernah dibicarakan publik oleh Grande sendiri. Karena sejarah itu, insiden yang melibatkan kontak fisik mendadak di tempat umum menjadi hal yang sangat sensitif dan berpotensi memicu kembali ketakutan atau kecemasan bagi sang artis. Banyak penggemar dan komentator menyatakan keprihatinan ekstra melihat Ariana terlihat terguncang setelah kejadian.

Sumber: cnaLIFESTYLE

Wicked: For Good dijadwalkan tayang secara luas pada 21 November 2025 premiere Singapura adalah bagian dari rangkaian promosi internasional film tersebut. Insiden ini tidak mengubah tanggal rilis resmi, namun tentu mempengaruhi suasana press tour dan berpotensi menambah lapisan kehati-hatian pada penampilan publik selanjutnya untuk sang pemeran utama. Studio dan tim keamanan acara biasanya akan meninjau kembali protokol setelah kejadian seperti ini.

Insiden yang terjadi di premiere Wicked: For Good di Singapura menjadi pengingat kuat bahwa keadaan dapat berubah dari meriah menjadi berbahaya dalam sekejap, terutama pada acara publik yang dihadiri ribuan orang. Dalam keramaian seperti itu, celah keamanan sekecil apa pun bisa dimanfaatkan oleh individu yang bertindak impulsif, sehingga menuntut sistem pengamanan yang jauh lebih sigap dan terstruktur. Kejadian ini membuktikan bahwa risiko tidak hanya bersifat teoritis bahaya dapat muncul secara tiba-tiba dan nyata, bahkan di acara dengan standar internasional.

Selain itu, momen tersebut juga menunjukkan pentingnya solidaritas dan kewaspadaan antar-pemeran. Respons cepat Cynthia Erivo bukan hanya membantu mencegah potensi eskalasi, tetapi juga menunjukkan betapa vitalnya dukungan antar-rekan ketika terjadi situasi tak terduga. Sikap refleks yang penuh proteksi itu memberikan contoh bagaimana kedekatan dan rasa tanggung jawab di antara para pemeran dapat berperan besar dalam menjaga keselamatan bersama.

Bagi Ariana Grande sendiri, peristiwa ini membawa lapisan makna yang lebih sensitif. Mengingat sejarah traumatis dalam hidupnya terutama serangan bom Manchester yang meninggalkan dampak psikologis mendalam insiden ini kembali mengingatkan publik bahwa ia adalah figur publik yang tetap rentan secara emosional. Momen tersebut memicu gelombang empati dari para penggemar dan pecinta musik di seluruh dunia, yang menyampaikan dukungan sekaligus menyerukan perlunya peningkatan langkah-langkah keamanan pada setiap event besar mendatang.

Secara keseluruhan, insiden ini bukan hanya sekadar gangguan kecil pada sebuah acara premiere, tetapi sebuah peringatan penting tentang perlunya pengamanan yang lebih kuat, kesadaran kolektif antar-pihak, dan lingkungan yang lebih aman bagi para artis maupun penonton.