Akankah Twenty One Pilots Kembali No.1 di Billboard 200 Sejak 2015?

44
Sumber: gettyimages

Sudah hampir satu dekade sejak Twenty One Pilots terakhir kali mencetak sejarah di puncak Billboard 200 lewat album Blurryface (2015). Kini, dengan perilisan album terbaru mereka Breach pada September 2025, muncul pertanyaan besar: mampukah duo asal Columbus, Ohio ini kembali meraih posisi No. 1 di chart album paling prestisius di Amerika Serikat?

Twenty One Pilots, yang terdiri dari Tyler Joseph (vokal, piano, gitar) dan Josh Dun (drum), mulai mencuri perhatian publik pada awal 2010-an. Namun, lompatan terbesar mereka terjadi dengan album keempat, Blurryface (2015). Album ini debut di posisi No. 1 Billboard 200 dengan lebih dari 134.000 unit terjual di minggu pertama dan melahirkan sejumlah hit besar seperti “Stressed Out” yang bahkan berhasil menembus Top 10 Billboard Hot 100. Keberhasilan tersebut mengangkat status mereka dari band indie alternatif menjadi salah satu duo paling berpengaruh di dunia. Meski demikian, perjalanan setelah Blurryface tidak selalu mudah. Album Trench (2018) hanya mampu debut di posisi No. 2, tertahan oleh Tha Carter V milik Lil Wayne.

Sementara itu, Scaled and Icy (2021) tampil kuat tetapi hanya mencapai posisi No. 3, dan Clancy (2024), meski sangat dinanti dan memiliki konsep besar, tetap gagal menyentuh posisi puncak. Kenyataan inilah yang membuat Breach terasa seperti kesempatan kedua setelah 10 tahun, untuk mengulang momen bersejarah mereka di puncak Billboard 200.

Album Breach bukan hanya sekadar rilisan baru, melainkan diposisikan sebagai penutup saga konseptual Dema, sebuah dunia imajinatif yang dibangun Twenty One Pilots sejak era Blurryface. Dunia fiksi Dema dan karakter Clancy telah menjadi benang merah di album mereka sejak 2015, dan Breach menutup kisah tersebut dengan bobot naratif tinggi yang memuaskan penggemar lama (Los40). Dari sisi promosi, duo ini merilis single seperti “The Contract” dan “City Walls,” dengan video musik yang disebut sebagai produksi termahal sepanjang karier mereka (Los40).

Selain itu, tur dunia telah diumumkan untuk mendukung album ini, yang diperkirakan akan meningkatkan eksposur global sekaligus mendorong penjualan fisik. Mereka juga menghadirkan berbagai merchandise khusus, termasuk vinyl edisi terbatas dan box set eksklusif, yang menambah daya tarik bagi kolektor dan penggemar hardcore. Dari segi proyeksi, menurut ChartPredicts, Breach diperkirakan debut dengan 120.000–140.000 unit di minggu pertama, angka yang cukup kompetitif untuk bersaing di puncak Billboard 200, terutama jika tidak ada rilisan besar lain yang bertepatan.

Sumber: gettyimages

Menduduki posisi No. 1 di Billboard 200 bukan hanya soal kualitas musik, tetapi juga bergantung pada persaingan ketat di industri. Pada 2025, lanskap musik dipenuhi nama-nama besar yang hampir selalu mendominasi chart. Taylor Swift, misalnya, dengan popularitas Eras Tour dan setiap rilisan ulang Taylor’s Version, hampir selalu merajai tangga lagu. Jika ia merilis album baru di minggu yang sama, peluang Twenty One Pilots otomatis akan jauh lebih kecil. Dari ranah hip hop, nama-nama besar seperti Drake, Travis Scott, dan Kendrick Lamar sering kali membuka debut album mereka dengan angka fantastis, di atas 200.000 unit, yang jelas menjadi ancaman langsung.

Di sisi pop generasi baru, Olivia Rodrigo, Billie Eilish, dan Sabrina Carpenter semakin menguat dengan basis penggemar digital-native yang loyal dan aktif di platform streaming. Sementara itu, kejutan juga datang dari musik Latin dan K-Pop. Artis seperti Karol G, Bad Bunny, BTS, hingga Stray Kids memiliki kekuatan streaming luar biasa yang kerap mendorong mereka ke puncak Billboard 200. Dengan kondisi ini, keberhasilan Breach mencapai No. 1 sangat dipengaruhi oleh jadwal rilis mingguan. Jika beruntung tidak ada superstar lain yang merilis album besar di waktu bersamaan, peluang Twenty One Pilots untuk merebut puncak chart meningkat drastis.

Ada beberapa faktor penting yang bisa mendorong Breach menuju puncak Billboard 200. Pertama, keberadaan Skeleton Clique sebagai fanbase setia menjadi kekuatan utama. Mereka bukan hanya sekadar pendengar, melainkan komunitas aktif yang sering melakukan streaming maraton, membeli rilisan fisik lebih dari satu, hingga mengadakan acara kolektif untuk mendukung perilisan album. Militansi dukungan ini mirip dengan BTS Army, yang terkenal solid di seluruh dunia. Kedua, daya tarik konsep juga berperan besar. Album dengan narasi konseptual biasanya memberikan pengalaman mendengar yang lebih mendalam, sehingga tidak hanya menarik perhatian fans lama, tetapi juga kritikus dan media. Banyak penikmat musik modern menyukai karya yang menghadirkan “cerita besar” di baliknya.

Ketiga, strategi multi-format turut memperkuat peluang. Breach dirilis dalam berbagai format, mulai dari digital, CD, vinyl edisi warna khusus, hingga kaset. Semua format ini dihitung ke dalam equivalent album units oleh Billboard, sehingga semakin banyak varian yang ditawarkan, semakin tinggi pula total penjualan yang tercatat. Terakhir, efek tur dunia juga sangat signifikan. Pengumuman tur global biasanya meningkatkan penjualan album karena adanya paket bundle tiket dan album. Faktor ini tidak hanya berdampak pada minggu pertama, tetapi juga membantu menjaga konsistensi penjualan di minggu-minggu berikutnya.

Meski peluang Breach untuk menembus puncak Billboard 200 terbuka lebar, ada sejumlah hambatan yang bisa menghalangi. Pertama, faktor persaingan mingguan sangat menentukan. Jika artis besar seperti Taylor Swift, Drake, atau BTS merilis album di minggu yang sama, Breach bisa saja tertahan di posisi No. 2 atau No. 3 meskipun angka penjualannya tinggi. Kedua, fluktuasi streaming juga menjadi tantangan. Walaupun Skeleton Clique dikenal sangat loyal, performa streaming harian Twenty One Pilots berpotensi kalah dari artis pop arus utama atau bintang hip hop yang memiliki daya tarik lebih luas.

Konsistensi lagu-lagu Breach di playlist populer Spotify dan Apple Music akan berperan krusial dalam mempertahankan momentum. Ketiga, ada risiko terkait ekspektasi tinggi dari para penggemar. Sebagai penutup saga Dema, harapan terhadap kualitas musik dan narasi album ini sangat besar. Jika hasil akhirnya dianggap tidak sesuai dengan antisipasi, ulasan negatif bisa memengaruhi hype sekaligus melemahkan performa album pada minggu pertama.

Jika Breach berhasil merebut posisi No. 1 di Billboard 200, dampaknya akan sangat signifikan bagi Twenty One Pilots maupun industri musik secara keseluruhan. Dari sisi validasi artistik, pencapaian ini akan menjadi bukti nyata bahwa mereka tetap relevan meski sudah satu dekade berlalu sejak era Blurryface. Secara momentum karier, keberhasilan tersebut bisa membuka peluang kolaborasi baru dengan musisi papan atas, mengamankan slot di festival musik besar, hingga memperluas jalan menuju penghargaan bergengsi seperti Grammy.

Dari segi legacy, menutup saga Dema dengan sebuah album No. 1 akan menjadi kisah legendaris bagi Skeleton Clique sekaligus menambah catatan bersejarah di musik alternatif. Lebih jauh, untuk industri musik alternatif, pencapaian ini juga akan menunjukkan bahwa genre di luar pop mainstream dan hip hop masih memiliki daya saing yang kuat untuk menduduki puncak chart global.

Akankah Twenty One Pilots kembali ke No. 1 Billboard 200 setelah 2015?
Jawabannya: peluang itu besar, meski penuh tantangan.

Dengan proyeksi penjualan yang kuat, fanbase yang militan, dan album dengan narasi besar yang menutup saga Dema, Breach punya semua elemen yang dibutuhkan untuk mencapai posisi puncak. Namun, faktor eksternal berupa persaingan minggu rilis tetap menjadi kunci utama.

Jika semua berjalan sesuai prediksi, September 2025 bisa menjadi momen bersejarah bagi Tyler Joseph dan Josh Dun: kembali ke No. 1 Billboard 200 setelah satu dekade penantian