Billie Eilish Ungkap Hampir Membatalkan Lagu ‘Birds of a Feather’ Karena Dianggap ‘Agak Bodoh’

24
Sumber: Instagram/billieeilish

Pada Mei 2024, Billie Eilish merilis album ketiganya yang bertajuk Hit Me Hard and Soft. Album ini menandai babak baru dalam perjalanan musiknya lebih matang secara emosional dan lebih berani mengeksplorasi tema cinta. Salah satu lagu yang paling mencuri perhatian dari album ini adalah “Birds of a Feather”, sebuah lagu yang lembut, romantis, namun tetap membawa nuansa khas Billie yang introspektif.

Menariknya, lagu yang kini menjadi favorit banyak pendengar itu hampir tidak jadi dirilis. Dalam wawancara bersama Billboard, Billie mengungkap bahwa ia sempat menganggap lagu tersebut “kind of stupid” atau agak bodoh. Ia merasa lagu ini terlalu sederhana dan tidak mencerminkan gaya musiknya yang selama ini dikenal eksperimental dan gelap.

Billie dan kakaknya, Finneas O’Connell yang juga produser musiknya menulis dan memproduksi lagu ini di studio rumah mereka di Los Angeles. Finneas menyusun aransemen dengan gaya synth-pop dan new wave khas era 1980-an, memadukan melodi lembut, lapisan vokal halus, dan beat yang ringan. Hasilnya, tercipta atmosfer musik yang sederhana namun emosional.

Sumber: Instagram/billieeilish

Namun, justru kesederhanaan inilah yang membuat mereka ragu. Billie merasa lagu tersebut terlalu manis dan terlalu jujur dibandingkan karya-karya sebelumnya yang sering menyiratkan kesan misterius atau sinis. “Aku pikir lagu ini terlalu romantis. Tidak terasa seperti sesuatu yang biasanya aku buat”, ujarnya.

Finneas pun mengaku mereka “overthought” lagu ini secara berlebihan. Ia mengatakan, “Kami memikirkan lagu sederhana ini terlalu jauh. Ada masa di mana kami hampir memutuskan untuk tidak memasukkannya ke album”. Setelah beberapa kali menimbang, mereka akhirnya memutuskan untuk mempercayai intuisi awal dan keputusan itu terbukti tepat.

“Birds of a Feather” diambil dari idiom terkenal “Birds of a feather flock together”, yang berarti orang-orang dengan kesamaan sifat cenderung saling tertarik. Billie memodifikasi makna idiom tersebut menjadi lebih romantis, seperti tergambar dalam lirik, “Birds of a feather, we should stick together, I know (‘til the day that I die)”. Lirik ini menandakan ikatan yang kuat, cinta yang bertahan hingga akhir kehidupan.

Di sisi lain, beberapa baris lagu seperti “I want you to stay / ‘Til I’m in the grave / ‘Til I rot away, dead and buried” menghadirkan kontras menarik: kata-kata yang ekstrem dan bahkan sedikit menyeramkan, dibalut dalam melodi pop yang lembut. Kontras antara lirik yang intens dan aransemen yang ringan menjadi ciri khas produksi Billie dan Finneas.

Menurut The Wall Street Journal, perpaduan ini adalah strategi kreatif mereka untuk menciptakan kedalaman emosional tanpa kehilangan daya tarik komersial. Lagu cinta yang terdengar sederhana di permukaan justru menyimpan kerentanan, rasa takut kehilangan, dan intensitas yang menjadi inti emosinya.

Meski awalnya dianggap terlalu “biasa”, “Birds of a Feather” justru mendapatkan sambutan luar biasa setelah dirilis. Lagu ini cepat viral di media sosial seperti TikTok dan Instagram Reels, digunakan dalam ribuan video bertema cinta dan kerinduan. Banyak penggemar menganggap lagu ini sebagai salah satu karya paling jujur dan personal dari Billie.

Sumber: Instagram/billieeilish

Bagi banyak pendengar, lagu ini menggambarkan cinta sejati yang tulus namun juga menakutkan jenis cinta yang membuat seseorang ingin tetap bersama bahkan setelah kematian. Kesederhanaan melodinya membuat lagu ini mudah diingat, sementara kedalaman liriknya memberikan makna emosional yang kuat.

Billie sendiri kemudian mengakui bahwa keraguan yang ia alami menjadi pelajaran penting. Dalam wawancara lanjutan, ia berkata sambil tertawa, “Lucu rasanya, lagu yang hampir tidak aku rilis justru jadi salah satu yang paling dicintai orang. Itu mengajarkan aku untuk berhenti meragukan hal-hal sederhana”.

Salah satu alasan utama Billie dan Finneas ragu adalah karena mereka takut lagu ini terlalu sederhana. Namun, justru di situlah kekuatannya. “Birds of a Feather” membuktikan bahwa tidak semua lagu harus kompleks untuk menjadi bermakna. Lagu ini mengandalkan kejujuran emosional, bukan eksperimentasi teknis semata.

Billie pernah mengatakan bahwa menulis lagu seperti ini adalah pengalaman yang rawan secara emosional. Ia harus membuka dirinya dan menulis dari tempat yang tulus tanpa perlindungan ironi atau metafora gelap. “Lagu ini membuatku merasa telanjang, karena begitu jujur”, katanya.

Finneas menambahkan bahwa lagu ini sebenarnya sudah terasa “tepat” sejak awal. “Kesederhanaannya justru membuat lagu ini universal”, ujarnya. “Kadang kita terlalu berusaha membuat sesuatu yang rumit, padahal orang hanya ingin mendengar sesuatu yang jujur”.

Dalam konteks keseluruhan album Hit Me Hard and Soft, “Birds of a Feather” berfungsi sebagai jeda emosional yang manis di antara lagu-lagu yang lebih intens. Album ini memang dirancang Billie sebagai pengalaman mendengarkan yang utuh, tanpa jeda antar lagu, menciptakan perjalanan emosional yang saling terhubung.

Sementara lagu-lagu lain dalam album banyak mengeksplorasi tema eksistensial dan psikologis, “Birds of a Feather” memberikan ruang bagi pendengar untuk merasakan cinta tanpa rasa takut. Lagu ini menjadi pernyataan bahwa Billie tidak lagi hanya ingin dikenal lewat lagu-lagu sedih, tapi juga mampu menulis lagu cinta yang lembut tanpa kehilangan kedalaman.

Para kritikus menilai lagu ini sebagai salah satu karya terbaik dalam diskografi Billie. Rolling Stone menyebutnya “balada cinta paling murni dan berani” yang pernah ia tulis, sementara Variety memuji keseimbangan antara keindahan melodi dan kekuatan emosinya.

Sumber: Instagram/billieeilish

Kisah di balik “Birds of a Feather” memberi gambaran tentang bagaimana proses kreatif seringkali diwarnai ketidakpastian. Billie, meski sudah memenangkan Grammy dan Oscar, tetap berjuang melawan keraguan diri sebuah hal yang sangat manusiawi. Ia belajar bahwa bagian tersulit dalam menciptakan musik bukanlah menulis lagu, melainkan percaya bahwa lagu tersebut layak dibagikan kepada dunia.

Hubungan kerja antara Billie dan Finneas juga menjadi kunci keberhasilan mereka. Keduanya saling menantang, berdiskusi, bahkan berdebat dalam proses kreatif. Namun dari dinamika itulah muncul karya-karya paling tulus dan emosional dalam musik pop modern.

Kini, “Birds of a Feather” tidak hanya menjadi salah satu lagu paling populer dalam album Hit Me Hard and Soft, tetapi juga simbol dari pertumbuhan dan keberanian Billie sebagai seniman. Lagu ini menunjukkan bahwa kesederhanaan bisa sama kuatnya dengan kompleksitas, dan bahwa kejujuran sering kali menjadi bentuk seni yang paling murni.

Dari kisah di balik “Birds of a Feather”, kita belajar bahwa bahkan karya yang dianggap “bodoh” oleh penciptanya bisa berubah menjadi mahakarya. Lagu ini menjadi bukti bahwa intuisi dan ketulusan sering kali lebih berharga daripada perfeksionisme. Dalam dunia musik yang dipenuhi tekanan dan ekspektasi, keberanian Billie Eilish untuk merilis lagu ini membuktikan bahwa kadang, langkah sederhana justru menghasilkan dampak yang paling besar.