Doja Cat kembali jadi sorotan setelah sebuah wawancara dengan Interview Magazine menampilkan sisi unik sekaligus jenaka dari dirinya. Dalam sesi santai bertajuk “Smoke Break”, Doja diminta memainkan permainan populer “F—, Marry, Kill”, kali ini dengan albumnya sendiri sebagai pilihan. Hasilnya? Reaksi jujur Doja Cat yang mengatakan “That’s not fair” (itu nggak adil) langsung memicu perbincangan hangat di kalangan penggemar maupun media hiburan.
Meskipun tampak sebagai permainan sederhana, momen tersebut justru mengungkap banyak hal menarik: bagaimana Doja melihat karya-karyanya, perjalanan karier musiknya, hingga relasi emosionalnya dengan album yang sudah ia ciptakan.
Pada 26 September 2025, Doja Cat resmi merilis album studio kelimanya yang berjudul Vie. Album ini menandai fase baru dalam karier musiknya dengan kebangkitan nuansa pop klasik, terutama pengaruh ’80s pop, serta penggarapan tema-tema romantis dan emosional yang lebih eksplisit. Album tersebut dirilis melalui label Kemosabe dan RCA Records. Menurut catatan produksi, Vie direkam antara April 2024 hingga Juli 2025, termasuk di studio Miraval yang berlokasi di Correns, Prancis.

Album ini juga disebut-sebut sebagai kembalinya Doja Cat ke ranah pop secara lebih eksplisit, dengan fokus utama pada narasi cinta, romansa, dan seksualitas. Sebagai pembuka, Doja merilis single utama berjudul “Jealous Type” pada 21 Agustus 2025, lengkap dengan video musik bernuansa retro dan produksi visual yang megah. Lagu ini langsung mendapat sorotan dari para kritikus musik, dipuji sebagai titik awal yang kuat untuk menandai era baru Vie.
Dalam rangka mempromosikan Vie, Doja Cat melakukan serangkaian wawancara media, salah satunya bersama Interview Magazine dalam sesi santai bertajuk “Smoke Break”. Dalam kesempatan itu, sang interviewer memberikan tantangan unik dengan meminta Doja memainkan permainan “F—, Marry, Kill” menggunakan albumnya sendiri sebagai pilihan. Doja sempat menunjukkan reaksi keberatan terhadap opsi awal yang ditawarkan, hingga akhirnya interviewer mengganti pilihan menjadi tiga album, yaitu Amala, Planet Her, dan Vie.
Bahkan, Doja sempat melontarkan protes ringan dengan mengatakan, “That’s not fair. You should have put Amala in there instead of Scarlet”. Setelah perubahan opsi, ia pun menetapkan pilihannya: Kill → Amala, F— → Vie, Marry → Planet Her. Momen sederhana namun sarat makna ini kemudian langsung menjadi topik viral di media hiburan maupun platform sosial, memicu diskusi hangat di kalangan penggemar dan pengamat musik.
Agar pilihan Doja Cat dalam permainan “F—, Marry, Kill” bisa dipahami secara kontekstual, penting untuk meninjau perjalanan tiap album yang ia sebutkan. Amala (2018) adalah album debutnya yang dirilis pada 30 Maret 2018 melalui Kemosabe/RCA. Versi deluxe dari album ini kemudian memperluas jangkauan Doja lewat tambahan lagu populer seperti “Juicy”, “Tia Tamera”, dan “Mooo!”. Meski demikian, sebelum perilisan versi deluxe, Amala awalnya tidak langsung meraih perhatian besar secara komersial. Doja sendiri pernah mengakui bahwa beberapa lagu di album ini terasa “kurang matang” dari segi vokal maupun lirik bila dibandingkan dengan standar dirinya saat ini. Bagi Doja, Amala merepresentasikan fase awal penuh eksperimen dalam pencarian identitas artistiknya.
Selanjutnya, Planet Her (2021) menjadi album studio ketiga Doja Cat yang dirilis pada 25 Juni 2021. Album ini mengeksplorasi perpaduan genre pop, hip-hop, dan R&B, serta menampilkan kolaborasi dengan sejumlah artis ternama seperti Ariana Grande, The Weeknd, SZA, dan Young Thug. Beberapa single andalannya termasuk “Kiss Me More”, “Need to Know”, “Woman”, dan “Get Into It (Yuh)” berhasil menembus posisi tinggi di tangga lagu global, termasuk Billboard Hot 100. Dari segi lirik, album ini mengeksplorasi femininitas, romansa, seksualitas, hingga dinamika hubungan. Planet Her pun dianggap sebagai titik pembuktian penting bagi Doja Cat, bahwa ia bukan sekadar artis eksperimental, melainkan juga mampu menghasilkan karya komersial dengan daya tarik luas.
Sementara itu, Vie (2025) adalah album studio kelima yang resmi dirilis pada 26 September 2025. Album ini direkam dalam periode panjang, sejak April 2024 hingga Juli 2025, dengan salah satu lokasi pentingnya di studio Miraval, Prancis. Vie menghadirkan semangat projek pop yang lebih menonjol, sekaligus tetap memasukkan rap sebagai bagian dari DNA Doja. Tema inti album ini berfokus pada cinta, hubungan, gairah, dan refleksi emosional baik terhadap pasangan maupun diri sendiri. Secara musikal, Vie dibangun dengan produksi matang yang mengutamakan pengaturan suara, pilihan instrumen, serta teknik mixing yang detail. Album ini juga dilengkapi dengan sejumlah video musik serta materi visual yang mendukung konsep retro-romantis yang diusungnya.
Dengan latar belakang perkembangan ketiga album tersebut, pilihan Doja Cat dalam permainan menjadi lebih mudah diapresiasi sebagai refleksi dari perjalanan kreatifnya mulai dari fase eksplorasi awal dalam Amala, pencapaian komersial dan artistik di Planet Her, hingga babak baru penuh warna dalam Vie.
Setelah mendapatkan opsi tiga album, Doja Cat akhirnya mengambil keputusan: Kill → Amala, F— → Vie, Marry → Planet Her (Billboard). Pilihan ini tentu saja menarik untuk ditelaah lebih dalam karena mengandung makna simbolis terkait perjalanan musiknya. Menempatkan Amala dalam kategori “kill” mungkin terdengar provokatif, tetapi secara simbolik hal itu bisa dimaknai sebagai pelepasan terhadap fase awal kariernya yang penuh eksperimen, ketidaksempurnaan, dan perjuangan untuk menemukan identitas artistik. Sebagai seorang seniman, Doja tampaknya menyadari bahwa dirinya sudah berkembang jauh dari gaya maupun kualitas yang ia tampilkan pada album debutnya. Meski begitu, “membunuh” album ini bukan berarti menolak sepenuhnya nilai dan kenangan di baliknya, melainkan mengakui bahwa perjalanan kreatif harus terus maju.
Sementara itu, menempatkan Vie sebagai kategori “f—” dapat diartikan sebagai hubungan intens namun terbatas. Album ini mencerminkan energi segar, gairah kreatif, dan kedekatan emosional dengan fase Doja saat ini. Namun, sebagai karya baru, Vie belum teruji dalam jangka panjang dan masih berada dalam tahap penilaian publik maupun industri. Dalam konteks permainan, “f—” merepresentasikan hubungan yang penuh semangat, intens, dan menyala, meski belum tentu dipertahankan selamanya.

Sedangkan keputusan untuk “marry” Planet Her menunjukkan penghormatan besar Doja terhadap album tersebut. Planet Her terbukti sukses secara komersial, disambut hangat oleh kritikus, serta melahirkan beberapa lagu hits global yang memperkuat posisinya di industri musik internasional. Album ini bukan sekadar fase, melainkan fondasi penting yang melekat pada identitas Doja Cat sebagai artis global. Dengan memilih “marry”, Doja menegaskan bahwa Planet Her adalah karya yang stabil, penuh arti, dan layak diabadikan dalam repertoarnya. Secara keseluruhan, pilihan Doja dapat dibaca sebagai bentuk refleksi kreatif: ia menghargai masa lalu melalui Amala, merayakan energi baru lewat Vie, sekaligus meneguhkan Planet Her sebagai tonggak kuat dalam perjalanan kariernya.
Karya seni pada dasarnya selalu menyimpan fragmen diri sang creator mulai dari periode kehidupan, suasana hati, inspirasi, kelemahan, hingga fase pertumbuhan. Dalam konteks itu, memilih di antara album sendiri bukan hanya soal preferensi musik, melainkan juga menyangkut hubungan emosional yang kompleks. Doja Cat sendiri mengakui bahwa permintaan untuk memilih terasa “tidak adil”, karena setiap album memiliki bagian dari dirinya yang sulit untuk dipisahkan.
Perjalanan seorang kreator senantiasa berkembang seiring waktu. Album awal memang bisa menjadi batu pijakan penting, namun ada pula momen di mana mereka ingin bergerak maju dan merekonstruksi diri. Dengan memilih Amala sebagai “kill”, Doja seolah secara simbolik melepaskan beban masa lalu agar bisa tumbuh lebih jauh. Sebaliknya, memilih Planet Her untuk “marry” menjadi semacam deklarasi identitas yang mapan, menandai titik solid yang ia anggap layak dijaga dalam perjalanan kreatifnya.
Di sisi lain, terdapat ketegangan menarik antara popularitas dan otentisitas. Planet Her merepresentasikan keberhasilan komersial dan pengakuan publik, sementara Vie lebih dekat pada ekspresi pribadi Doja yang segar dan penuh eksplorasi baru. Dari pilihan tersebut, tersirat pesan bahwa seorang seniman kerap harus berdamai antara apa yang diterima luas oleh publik dan apa yang mereka anggap sebagai cerminan sejati dari diri mereka pada saat ini.
Permainan “F—, Marry, Kill” yang dilakukan Doja Cat bersama karya-karyanya ternyata bukan sekadar hiburan ringan, melainkan momen reflektif yang mencerminkan perjalanan kreatif, identitas, dan konflik internal seorang seniman. Dengan memilih Amala sebagai “kill”, Vie sebagai “f—“, dan Planet Her sebagai “marry”, Doja memberi sinyal bahwa ia menghargai masa lalu tanpa terjebak di dalamnya, merayakan karya terbaru yang penuh gairah, sekaligus mengakui kekuatan dari karya yang sudah terbukti. Ungkapan “That’s not fair” yang ia lontarkan menegaskan adanya sisi sensitif dan reflektif di balik citra glamor yang kerap melekat padanya.
Bagi penggemar, momen ini menjadi pengingat bahwa musik adalah sebuah proses panjang yang memungkinkan seniman untuk terus berubah dan berkembang. Tidak semua karya harus diperlakukan dengan cinta yang sama, namun setiap fase tetap memiliki arti penting. Dari sini, terlihat jelas bahwa perjalanan Doja Cat bukan sekadar tentang meraih popularitas, tetapi juga tentang keberanian untuk bereksperimen, menerima masa lalu, dan tetap terbuka pada evolusi diri di masa depan.







