Film Slovakia ‘Father’ Menang di Zurich Film Festival, Resmi Jadi Wakil ke Oscar 2025

32
Sumber: YouTube Intramovies

Kabar datang dari Zurich Film Festival 2025: film drama asal Slovakia, Father, keluar sebagai pemenang Golden Eye Award untuk kategori Best Feature Film. Kemenangan ini tak hanya menandai keberhasilan sinema Eropa Timur di panggung internasional, tapi juga mempertegas langkah Father sebagai wakil resmi Slovakia di ajang Oscar 2025.

Bagi publik perfilman Eropa, ini bukan kemenangan kecil. Zurich Film Festival dikenal sebagai salah satu festival paling selektif di benua itu tempat banyak sineas muda mendapat pengakuan sebelum menembus Hollywood.

Film Father (Otec dalam bahasa Slovak) disutradarai oleh Tereza Nvotová, sineas muda berbakat yang dikenal karena pendekatan psikologis dan realisme sosialnya. Ia menulis naskah bersama Dušan Budzak, serta menghadirkan Milan Ondrík dan Dominika Morávková sebagai pemeran utama. Film berdurasi sekitar 102 menit ini merupakan hasil kolaborasi produksi antara Slovakia, Republik Ceko, dan Polandia.

Kisahnya sederhana namun menghantam perasaan: seorang ayah yang secara tak sengaja meninggalkan bayinya di dalam mobil sebuah tragedi yang memicu spiral rasa bersalah, tekanan sosial, dan kehancuran batin. Tema “forgotten baby syndrome” yang diangkat dalam film ini jarang dibahas di sinema Eropa Timur. Nvotová berhasil mengubahnya menjadi potret emosional yang jujur, tentang kesalahan manusia, cinta, dan amarah terhadap diri sendiri. “Saya ingin mengajak penonton memahami batas antara kecelakaan dan tanggung jawab moral”, ujar Tereza Nvotová dalam wawancara usai pemutaran perdana di Venice Orizzonti.

Sumber: Slovenský filmový ústav

Sebelum meraih kemenangan di Zurich, Father lebih dulu melakukan world premiere di Festival Film Venice 2025 melalui program Orizzonti, segmen yang kerap melahirkan film-film pemenang penghargaan global. Sejak pemutaran perdananya, film ini langsung menuai pujian berkat sinematografinya yang intens dan penggambaran emosi yang begitu autentik. Sinematografer Adam Suzin menggunakan teknik long take atau pengambilan gambar panjang tanpa potongan untuk membawa penonton menyelami dunia batin sang ayah.

Pendekatan visual ini menciptakan kedekatan emosional yang mendalam antara karakter dan penonton seolah kita ikut terjebak dalam waktu dan rasa bersalah tokohnya. Setelah tampil di Venice, Father melanjutkan perjalanannya ke berbagai festival film di Eropa hingga akhirnya tiba di Zurich, tempat film ini berhasil menyabet Golden Eye Award, penghargaan tertinggi untuk kategori film panjang terbaik.

Zurich Film Festival (ZFF) bukan sekadar ajang pemutaran film, melainkan salah satu festival paling bergengsi di kawasan Eropa Tengah. Didirikan pada tahun 2005, ZFF telah berkembang menjadi panggung penting bagi sineas internasional untuk memperkenalkan karya-karya terbaru mereka kepada dunia. Festival ini sering dijuluki sebagai “Cannes versi Swiss” karena menjadi titik temu antara sinema auteur khas Eropa dan strategi distribusi industri global. Banyak film yang tayang di Zurich kemudian menembus ajang Oscar, seperti The Father yang dibintangi Anthony Hopkins serta Triangle of Sadness karya Ruben Östlund.

Menurut laporan The Hollywood Reporter, penghargaan utama di Zurich tahun ini diraih oleh Father karya sutradara Slovakia, Tereza Nvotová. Dalam laporannya disebutkan, “The Zurich Film Festival handed out its top prizes Saturday, with Slovak director Tereza Nvotová’s Father winning for Best Feature Film”. Dengan kemenangan tersebut, Father kini bergabung dengan deretan film internasional yang lahir dari festival-festival besar Eropa sebelum melangkah ke panggung penghargaan dunia, termasuk Oscar.

Sejak berpisah dari Cekoslovakia pada tahun 1993, industri film Slovakia terus berjuang untuk membangun identitasnya sendiri di tengah keterbatasan sumber daya, dukungan publik yang minim, serta dominasi pasar film Barat. Kondisi tersebut membuat banyak karya lokal sulit menembus batas regional dan mendapat pengakuan internasional.

Namun, kemenangan Father menandai titik balik penting bagi perfilman Slovakia. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa negara kecil di jantung Eropa tersebut mampu menghasilkan karya dengan standar internasional tanpa meninggalkan akar budaya lokalnya. “Kami ingin menunjukkan bahwa kisah kecil dari Slovakia pun bisa bicara besar di dunia”, ujar produser Father, Maroš Hečko, dalam konferensi pers di Zurich. Kemenangan ini sekaligus menempatkan Slovakia di peta festival film dunia dan membuka peluang baru bagi kolaborasi produksi lintas negara di masa depan.

Dengan kemenangan di Zurich, Father kini resmi melangkah sebagai wakil Slovakia untuk kategori Best International Feature Film di ajang Academy Awards 2025. Persaingan tentu tidak akan mudah, mengingat film ini akan berhadapan dengan karya-karya unggulan dari negara-negara kuat seperti Prancis, Korea Selatan, Denmark, hingga Jepang. Meski demikian, Father memiliki modal yang solid, mulai dari reputasi festival besar yang telah diraihnya, tema universal yang menyentuh sisi kemanusiaan, hingga sinematografi yang memikat secara visual dan emosional.

Bagi Slovakia, ini bukan kali pertama mereka mengirimkan film ke Oscar, namun sejauh ini belum ada satupun yang berhasil menembus nominasi resmi. Karena itu, Father berpotensi menjadi film pertama yang mencatat sejarah bagi perfilman Slovakia. Kunci keberhasilannya kini terletak pada strategi kampanye Oscar yang efektif termasuk distribusi internasional yang tepat sasaran, dukungan media yang konsisten, serta partisipasi di berbagai festival lanjutan seperti Toronto, San Sebastián, atau Palm Springs untuk memperkuat eksposur globalnya.

Salah satu kekuatan terbesar Father terletak pada kemampuannya menggali sisi paling rapuh dari kemanusiaan: rasa bersalah seorang orang tua. Alih-alih memilih pendekatan melodramatik, sutradara Tereza Nvotová justru menghadirkan gaya observasional yang tenang namun menghantam. Kamera mengikuti langkah Michal sang ayah dalam kesunyian, kebingungan, dan keputusasaan, seolah menjadi saksi tanpa intervensi. Musik latar yang nyaris tak terdengar justru mempertebal atmosfer sunyi dan menambah lapisan emosi yang menekan.

Sumber: gettyimages

Di sinilah letak kehebatan film ini: ia tidak berusaha memaksa penonton untuk menangis, melainkan membuat mereka turut merasakan beratnya beban batin sang tokoh. Father bukan sekadar kisah tentang kehilangan, melainkan juga tentang pengampunan bukan yang diberikan oleh orang lain, tetapi yang harus lahir dari dalam diri sendiri.

Father bukan hanya film yang berhasil menang festival; ia juga membuka ruang percakapan tentang bagaimana sinema bisa menjadi terapi kolektif. Dengan kejujuran yang telanjang, film ini mengingatkan bahwa tragedi bisa menimpa siapa saja, dan bahwa keheningan kadang lebih berbahaya dari amarah.

Dalam konteks global, kemenangan Father menunjukkan bahwa sinema Eropa Timur kembali bangkit. Setelah dominasi panjang film Prancis, Inggris, dan Amerika, kini muncul generasi baru pembuat film dari Slovakia, Polandia, Hungaria, dan Balkan yang membawa perspektif segar tentang kehidupan modern.

Kemenangan ini menjadikan Tereza Nvotová salah satu sutradara perempuan paling menonjol dari kawasan Eropa Tengah. Ia dikenal lewat film sebelumnya, Filthy (2017), yang membahas trauma seksual remaja dan mendapat sambutan positif di Rotterdam dan Karlovy Vary.

Dengan Father, Nvotová memperluas jangkauannya tidak lagi sekadar bicara trauma personal, tapi juga eksistensi moral manusia. Kini, banyak media internasional memprediksi kariernya akan melejit, bahkan mungkin menembus Hollywood atau jaringan film art-house global.

Kemenangan Father di Zurich Film Festival adalah momen bersejarah. Ia menandai kematangan sinema Slovakia dan memberi dunia film internasional satu nama baru untuk diperhitungkan.

Film ini bukan sekadar kisah seorang ayah yang kehilangan, melainkan cermin bagi siapa pun yang pernah merasa gagal, bersalah, atau kehilangan arah. Dari negara kecil di jantung Eropa, lahirlah film besar yang membuktikan: kejujuran emosional masih menjadi bahasa paling universal dalam sinema.